NAMA :
RIFQI HUSAIN PRATAMA
NPM :
16111190
KELAS :
3 KA 41
Akhir-akhir ini, Bahasa Indonesia banyak mengalami
penambahan begitu banyak kosakata. Apakah datang dari bahasa daerah, dari
bahasa gaul anak baru gede (ABG) seperti bahasa alay, atau bahkan yang datang
dari luar Indonesia. Banyak yang merasa
prihatin dan menganggap kosakata baru tesebut merusak bahasa bakunya. Hal
tersebut tentu saja sulit dielakkan mengingat teknologi informasi yang sudah
sangat terbuka sekarang ini dan tentu saja aliran informasi yang “bersliweran”
tersebut akan saling mempengaruhi.
Terlepas
merusak bahasa baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (gaul) semakin
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia harus
mampu membedakan antara yang baku dan yang berkembang. Kita semua tahu bahwa
bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan benar. Namun tak bisa
“dipungkiri”, akibat perubahan jaman yang begitu cepat melesat, munculah
istilah-istilah baru. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba
saja kita sering diperdengarkan oleh kosakata-kosakata yang tidak pernah kita
dengar sebelumnya yang dikenal sebagai bahasa alay oleh kalangan remaja.
Seringnya kaum muda menggunakan bahasa alay maka
secara perlahan-lahan mereka akan meninggalkan bahasa Indonesia yang merupakan
jiwa masyarakat Indonesia, bagian dari budaya, dan pemersatu bangsa Indonesia.
Eksotisme alay yang telah merasuk pada pola pikir
penggunaannya itu menawarkan daya tarik luar biasa dibandingkan bahasa
Indonesia dan daya tarik inilah yang lantas menjadi tren baru dengan label gaul
yang secara otomatis menggeser bahasa Indonesia sebagai bahasa satu seperti
yang tertuang dalam sumpah pemuda. Bahasa satu disini tentunya bukan
satu-satunya bahasa yang digunakan di Indonesia hanya saja bahasa satu ini
adalah bahasa nasional.
Jika terlalu
lelapnya kaum muda menggunakan bahasa alay ini dalam media ponsel dan jejaring
social secar psikologi akan terbawa kebiasaan itu didalam kehidupan diluar dua hal tadi,
sehingga akan mempengaruhi generasi muda yang lain yang belum mengerti tentang
bahasa itu kecuali dari struktur seperti itu (mengikuti).
Pengaruh paling besar adalah pelajaran Bahasa
Indonesia disekolah dianggap pelajaran yang sangat mudah dan paling mudah sehingga pembahasan mengenai
materi bagaimana struktur morfem dan kalimat serta materi menulis sebagai salah
satu keterampilan berbahasa terkesan disepelekan karena dalam keyakinan mereka
secara psikologis bahasa alay lah yang paling bisa mewakili jiwamuda.
Sebagai genenerasi muda bangsa Indonesia hendaknya
kita lebih bangga akan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, karena kelak
kita yang akan membawa nama baik Indonesia dikancah dunia, kita harus mampu
menunjukkan citra baik, sopan, cerdas, dan berintelektual tinggi melalui bahasa
kita, Bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar