Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Oktober 2013

WAJAH BAHASA KU KINI

NAMA            : RIFQI HUSAIN PRATAMA
NPM               : 16111190
KELAS           : 3 KA 41
Akhir-akhir ini, Bahasa Indonesia banyak mengalami penambahan begitu banyak kosakata. Apakah datang dari bahasa daerah, dari bahasa gaul anak baru gede (ABG) seperti bahasa alay, atau bahkan yang datang dari luar Indonesia.  Banyak yang merasa prihatin dan menganggap kosakata baru tesebut merusak bahasa bakunya. Hal tersebut tentu saja sulit dielakkan mengingat teknologi informasi yang sudah sangat terbuka sekarang ini dan tentu saja aliran informasi yang “bersliweran” tersebut akan saling mempengaruhi.
Terlepas merusak bahasa baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (gaul) semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia harus mampu membedakan antara yang baku dan yang berkembang. Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan benar. Namun tak bisa “dipungkiri”, akibat perubahan jaman yang begitu cepat melesat, munculah istilah-istilah baru. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba saja kita sering diperdengarkan oleh kosakata-kosakata yang tidak pernah kita dengar sebelumnya yang dikenal sebagai bahasa alay oleh kalangan remaja.

Seringnya kaum muda menggunakan bahasa alay maka secara perlahan-lahan mereka akan meninggalkan bahasa Indonesia yang merupakan jiwa masyarakat Indonesia, bagian dari budaya, dan pemersatu bangsa Indonesia.

Eksotisme alay yang telah merasuk pada pola pikir penggunaannya itu menawarkan daya tarik luar biasa dibandingkan bahasa Indonesia dan daya tarik inilah yang lantas menjadi tren baru dengan label gaul yang secara otomatis menggeser bahasa Indonesia sebagai bahasa satu seperti yang tertuang dalam sumpah pemuda. Bahasa satu disini tentunya bukan satu-satunya bahasa yang digunakan di Indonesia hanya saja bahasa satu ini adalah bahasa nasional.

 Jika terlalu lelapnya kaum muda menggunakan bahasa alay ini dalam media ponsel dan jejaring social secar psikologi akan terbawa kebiasaan itu  didalam kehidupan diluar dua hal tadi, sehingga akan mempengaruhi generasi muda yang lain yang belum mengerti tentang bahasa itu kecuali dari struktur seperti itu (mengikuti).

Pengaruh paling besar adalah pelajaran Bahasa Indonesia disekolah dianggap pelajaran yang sangat mudah  dan paling mudah sehingga pembahasan mengenai materi bagaimana struktur morfem dan kalimat serta materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa terkesan disepelekan karena dalam keyakinan mereka secara psikologis bahasa alay lah yang paling bisa mewakili jiwamuda.


Sebagai genenerasi muda bangsa Indonesia hendaknya kita lebih bangga akan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, karena kelak kita yang akan membawa nama baik Indonesia dikancah dunia, kita harus mampu menunjukkan citra baik, sopan, cerdas, dan berintelektual tinggi melalui bahasa kita, Bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar